Laman

Kamis, 06 Maret 2014

Sekarat : SAKIT HATI


Dulu memang aku lebih percaya bahwa hal bodoh macam cinta itu bisa aku lakukan dengan berlogika. Asalkan menemukan sosok yang tepat dan sesuai dengan tipe yang aku suka, aku pasti bisa mencintai orang itu. Ya, dulu aku berpikir seperti itu. Menertawakan segala tindakan bodoh yang orang lain lakukan demi cinta, katanya. Bullshit..!! Aku nggak percaya itu. Memangnya apa yang akan kau dapatkan jika kau mencintai orang lain dengan tulusnya? Sebagian besar kasus yang aku temukan akan menjawab, sakit hati.
Tahukah kau, wahai seseorang di luar sana, bahwa kau telah mengobrak-abrik logikaku? Mematikan pikiranku dan menyebabkanku bertindak bodoh. Menjatuhkan keangkuhan yang telah kubangun sedemikian kokoh sebagai benteng pertahananku. Aku telah melakukan hal bodoh yang dulu seringkali aku tertawakan. Aku tak bisa mengontrol diriku lagi. Ya, aku lepas kendali lagi.
Jantungku berdetak tak keruan sekali lagi. Penilaianku sudah tak masuk akal. Kau itu bukan siapa-siapa dibandingkan standar yang aku terapkan, kau itu bukan siapa-siapa. Mungkin karena itulah aku bisa-bisanya mengabaikanmu, mengabaikan keberadaanmu. Kau tidak masuk standar yang diterapkan oleh logikaku. Ya, aku telah mengabaikan keberadaanmu saat itu sama seperti kau tidak menganggap perasaanku saat ini.
Sakit hati, sekali lagi aku hanya merasakan sakit hati. Kalau bahkan rasa “cinta” yang telah membawaku ke dunia dan telah hidup selama puluhan tahun malah membawa kesedihan pada hidupku saat ini, apalagi yang dapat aku ungkapkan tentang “cinta” selain yang namanya sakit hati. Setelah hidup puluhan tahun ternyata dia juga dapat dilupakan, aku kasihan padanya. Ahahaa... benar-benar kasihan.

Lalu, setelah semua yang aku alami ini, apakah aku masih harus percaya pada keberadaan cinta itu? Tak semudah membalikkan telapak tangan yang pasti. Ya, mungkin aku memang pada akhirnya merasakan yang namanya jatuh cinta dan berbuat sebodoh itu. Namun, aku juga ternyata sudah tersakiti oleh si “cinta” ini. aku tak pernah mau lagi percaya padanya. Aku tak mau lagi, sudah cukup aku rasa untuk saat ini. Kalau aku tak berlogika lagi, aku rasa aku tak akan dapat bertahan hidup lagi. Walau mungkin harus membunuh perasaanku sendiri dan menjadi makhluk tak berperasaan. Ahahahaaa... Aku lebih bahagia seperti itu.... Yeaahh!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar