Laman

Jumat, 28 Desember 2012

Curcol: Egoismeku


Mencari setiap jejak yang mungkin diikuti, haruskah aku lakukan? Atau yang aku inginkan adalah membuat jejakku sendiri untuk diikuti orang lain. Menarik memang, tapi kesanggupanku rupanya tak sebesar harapanku. Jiwa pemberontak yang bebas tanpa kekangan rupanya membisikkan banyak hal menakutkan bagiku. Mempertanyakan kesanggupan pribadi tentang segala mimpi. Mungkin inilah titik balik dari segala usaha untuk setiap mimpi yang kucoba jalani tanpa beban. Kemudian penyadaran itu datang. Ketidakfokusan dalam diriku sendiri memang membuatku tahu segalanya, dan itu berarti aku tidak menguasai satu hal dengan sungguh-sungguh. May I be a Master of nothing?? Yes, I may be. I am scared about that. Anything I wanna do just disappeared when I heard something more interesting. Is this my fault? Yes, I think.
Dan kemudian tanpa disadari, aku kehilangan kebebasanku, kesendirianku, waktuku untuk diriku sendiri. Egois memang kedengarannya. Namun, hal itu hanya sampai pada saat aku menyadari seberapa egoisnya aku pada tubuhku, otakku, batinku, hatiku. Anything I do just thought to do anything the best. I just try and do in my best. Bukan bermaksud perhitungan atau apapun namanya itu karena aku mendapat banyak hal dalam hidupku, pengalaman, pelajaran, sahabat, keluarga baruku. Tapi, sekali lagi kesanggupanku dipertanyakan.
Kecewa dengan diriku sendiri itu kepastian yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Merasa ingin lebih berkembang, tapi tak pernah sanggup mencapai target yang ditetapkan. Seberapa besar perkembanganku mungkin orang lain bisa lebih banyak melihatnya. Tapi seberapa besar pikiran orang lain berkembang terhadapku, aku yakin aku bisa lebih baik dalam melihat hal ini. Diacuhkan atau mengacuhkan, mana yang akan aku pilih? Aku akan memilih diacuhkan, hal yang rasanya sudah lumrah dalam hidupku. Namun, semua ini ada batasannya. Dan, entah mengapa, aku merasa ini semua sudah diluar dari batas kesanggupanku untuk menahan segala keegoisan dalam benakku.

Note : Aku memang egois, aku menyadari itu, dan aku ingin kalian mengerti itu.

Kamis, 27 September 2012

Pemimpin Perempuan


Mempertanyakan apa yang ada dalam pikiran kita terdengar bagus. Lalu, bolehkah aku mempertanyakan tentang kepemimpinan kaumku? Kaum perempuan. Banyak hal yang ada dalam pikiranku tentang hal ini. Mungkin juga karena ambisiku sebagai perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Ya, bisa disebut sebagai ambisi. Karena aku rasa keinginan ini kadangkala menjadi terlihat berlebihan, baik dari pandangan orang lain maupun pandanganku sendiri. Kenapa? Aku rasa menjadi pemimpin itu menyenangkan, tapi ternyata tidak mudah. Banyak tingkatan kepribadian yang harus dimiliki. Dari beberapa pengalaman yang aku dapatkan, menjadi koordinator itu lebih mudah daripada jadi seorang pemimpin yang bijaksana. Berbeda, sangat berbeda.
Awal pemikiran tentang pemimpin perempuan ini muncul, saat aku tahu bahwa dalam Islam, agama yang menjadi pandangan hidupku, ada semacam perkataan pemimpin itu harus seorang laki-laki. Shock? Awalnya iya. Merasa dibedakan itu pasti. Satu hal yang menjadi pikiran paling berat adalah aku tidak bisa meneruskan apa yang aku inginkan. Ambisiku. Namun, setelah aku cari tahu lebih dalam, Islam tidak sedangkal itu. Lebih mudahnya ada kata-kata bagus yang aku suka, Islam itu telah menempatkan perempuan ditempat yang sepantasnya. Bukan di bawah laki-laki, tapi selalu dibawah tanggung jawab seorang laki-laki. Merasa terlindungi? Itu pasti, dan setelah mengerti tentang hal ini, aku tidak lagi merasa dibatasi.
Kembali pada topik utama, pemimpin perempuan. Dari beberapa bacaan yang aku dapatkan dari internet, aku dapat beranggapan secara pribadi, perempuan dapat menjadi pemimpin dengan ketentuan dan batasan yang tidak dapat dilangkahi. Mencoba mengerti posisi diri, aku rasa merupakan salah satu kunci utamanya. Sebagai seorang perempuan, kita harus memahami dimana kita menjadi pemimpin dan dimana kita menjadi seorang pengikut. Maaf saja, sering aku merasa perempuan yang sudah mempunyai posisi baik dikalangan masyarakat akan lupa dengan posisinya sebagainya perempuan dihadapan Tuhannya. Terlalu sombong untuk mengakui posisinya sebagai tanggung jawab seorang laki-laki. Sebuah kesalahan yang sering sekali terjadi. Semoga kita dapat dihindarkan dari hal ini.
Alasan kenapa aku mendukung perempuan sebagai pemimpin di masyarakat, bukan dalam urusan agama, seperti menjadi manajer, direktur, menteri, bahkan presiden adalah masalah kemampuan. Jika kamu mampu untuk melakukannya, maka lakukanlah. Toh bebas mengekspresikan diri bukan berarti tidak mengikuti aturan yang ada kan? Coba saja cari tahu tentang seorang pemimpin perempuan pada zaman Rasulallah, Asma binti Yazid, seorang perempuan terhormat yang mengabdikan dirinya untuk Islam. Bagaimana ia memimpin kaum perempuan untuk berjuang saat itu. Yang sanggup aku ketahui bahwa perempuan punya peranan tersendiri dalam kehidupan. Ya, itu sudah tentu, untuk apa perempuan diciptakan. Dalam hal ini, aku melihat bahwa ada beberapa aspek dan bidang tertentu yang dapat atau sebaiknya dilakukan oleh perempuan. Kenapa? Tentu saja karena kemampuan perempuan itu sendiri. Perempuan diciptakan dengan kepekaan perasaan yang lebih baik, lebih detail melihat suatu hal, dan biasanya lebih multitasking. Kemampuan macam inilah yang akan menjadi modal untuk seorang pemimpin perempuan yang akan didukung dengan pengetahuan dibidang yang akan ia pimpin. Menurut aku sendiri, ketika kita bersaing dengan kaum laki-laki di tempat kerja dan sebagai perempuan kita dinilai lebih baik dalam memimpin, kenapa tidak kita ambil posisi yang diserahkan pada kita sebagai pemimpin itu. Toh, saat itu kita dinilai lebih mampu, lebih baik, dan yang terpenting kepercayaan diri serta keyakinan kita dalam mengambil posisi itu. Cobalah menjadi orang yang bijaksana dalam menempatkan posisi diri, sekali lagi hal ini menjadi pokok pemikirannya.
 Lalu, apa tanggapan orang lain tentang hal ini? Ada beberapa orang yang aku tanya tentang ini. Secara agama tentu mereka menolak perempuan sebagai pemimpin agama. Namun, untuk memimpin hal lainnya, beberapa orang menyatakan tidak masalah, walaupun ada pula yang masih menolak. Dengan alasan secara kemampuan, laki-laki memang dinilai lebih baik dalam memimpin, lebih stabil, dan lebih menggunakan logika. Aku juga mengakui itu. Ada satu jawaban yang lebih menarik, perempuan atau siapa pun itu bisa menjadi pemimpin sesuai dengan kebutuhan dan keadaan saat itu. Ketika amanat itu datang padamu dan jika kamu tidak mau mengambilnya kemudian akan terjadi hal yang buruk, maka lebih baik kamu memenuhi amanat itu dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Karena aku merasa ada saat-saat dimana kita harus melakukan sesuatu itu, sebelum terjadi hal yang lebih buruk dan itu menjadi kewajiban kita untuk mencegahnya. Seperti ada tingkatannya, dari mulai makruh, sunah, sampai wajib. Hehehee.
Penekanan terakhir untuk opiniku tentang masalah ini. Aku mendukung seorang perempuan menjadi pemimpin. Tentunya dengan beberapa syarat. Perempuan itu harus tahu dan mengerti tentang posisinya sebagai makhluk terlindungi yang menjadi tanggung jawab seorang laki-laki. Perempuan itu harus memiliki kemampuan seorang pemimpin yang baik dan memiliki keyakinan dalam menjadi seorang pemimpin yang bijak. Dan menjadi seorang pemimpin akan menjadi sangat wajib ketika kita dihadapkan pada keburukan yang akan terjadi jika kita melepaskan kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin perempuan yang baik, ayo kita perbaiki dulu diri kita sehingga kita mengerti untuk apa kita diciptakan.
Semoga opiniku ini dapat menjadi pertimbangan tersendiri. Bisa juga coba cari tahu tentang posisi wanita dalam Islam dan bagaimana beberapa penulis barat mulai mengakui betapa baiknya penempatan ini. Perbaikan-perbaikan kaum perempuan yang menjadi pembicaraan aku rasa menjadi alasan yang pantas untuk mengetahui hal ini.Dan, TERIMA KASIH sudah membaca opini ini. Ciao....    : )

Jumat, 27 Juli 2012

Cerpen : Penantian


        Penantian itu berat, tidak mudah dilewati, dan tidak mudah dihadapi.  Sampai hari ini pun, aku tidak mengerti pada jalan pikiranku yang terus melakukan satu hal gila itu. Penantian. Kadang kala aku berkata pada diriku sendiri tentang keyakinanku pada penantian ini. Namun, dalam hatiku sendiri, aku belum menemukan satu pun jawaban yang memuaskan pikiranku itu. Hati dan pikiranku memang tak pernah kompak soal ini. Bertentangan dan selalu saja bertentangan. Entah ada apa dengan diriku ini.
         “Hera. Mau ikut keluar nggak? Aku sama yang lainnya mau belanja bulanan nih. Atau mau titip sesuatu mungkin?” Suara Eka, teman satu kost-kostanku, membuyarkan pikiranku yang sedang fokus dengan tugas akhir yang sudah sejak tadi ada di hadapanku ini.
          “Enggak ahh. Aku lagi ada tugas nih. Lagian Mas Revan bilang dia mau kirim email hari ini. Ada kabar bagus katanya.”
        “Mas Revanmu itu mulu yang dijadiin alasan. Emang nggak capek ya nungguin tu orang sampe tiga tahun kayak gini.” Sambil nutup pintu kamarku mulut Eka nggak berhenti ngomel.
         Ya, memang sudah tiga tahun ini aku hanya berhubungan lewat internet dengan kekasihku, Mas Revan. Entah apa yang merasukiku sampai-sampai aku mau menantikan kehadirannya kembali yang entah kapan akan terjadi. Dia mungkin tipe cowok jaman sekarang yang terlalu kaku, atau mungkin juga polos, tapi masalah otak jangan ditanya. Karena asetnya yang satu itu, setelah lulus dari universitas, yang sama dengan tempatku menimba ilmu sekarang, tiga tahun lalu dia langsung mendapatkan penawaran pekerjaan dari perusahaan asing dan sekarang bekerja di Jerman. Selain asetnya yang berharga tinggi itu, wajah yang kalem dan senyumnya yang selalu membuat kerisauanku hilang, mungkin itu semua yang membuatku tetap kukuh pada penantian ini.
         Setelah bosan dengan tugas akhir yang belum kunjung berakhir ini, aku mencoba membuka email. Ada satu kiriman dari mas Revan yang masuk, cepat-cepat saja aku buka. Saat membaca setiap kata-kata yang dia kirimkan, hatiku terasa sesak. Apakah ini akhir dari penantianku atau mungkin ada sesuatu yang salah? Aku mulai berharap hari yang dijanjikannya pada email yang satu ini cepat saja datang. Namun, entah mengapa ada perasaan aneh yang menjalar dalam diriku ini. Darimana datangnya, aku tidak tahu.
        Seminggu telah aku lewati dengan perasaan aneh yang terus menggelanyuti hatiku sejak kubaca email kiriman mas Revan itu. Sekarang aku sedang berdiri menantikan kehadirannya di bandara. Menantikan sosoknya segera ada di hadapanku memang terasa begitu aneh, apalagi  setelah tiga tahun tak pernah menatap dirinya secara langsung. Aku takut kami akan menjadi dingin dan canggung. Namun semua ketakutanku itu sirna sudah ketika ia keluar dari pintu kedatangan, melambaikan tangan kepadaku, dan segera memelukku denga begitu hangat. Dulu ia tidak pernah melakukan hal-hal macam pelukan hangat seperti ini padaku, tiga tahun di Jerman ternyata telah memberi sedikit perubahan padanya.
       “ Loh, ternyata gadisku sudah tambah dewasa dan tambah cantik ya? Rugi aku meninggalkan kamu selama tiga tahun.”
        “Ah, mas ini. Tiga tahun kan bukan waktu yang sebentar untuk merubah penampilan. Karena ditinggal Mas selama itu, aku jadi punya waktu lebih untuk dandan.”
        “Oh iya-ya. Kamu bener juga Dik. Pasti banyak yang mulai deketin kamu ya Dik. Tapi belum ada yang menarik hatimu kan, Dik?” Ada sedikit nada khawatir pada kata-katanya yang terakhir itu. Matanya pun memancarkan perasaan yang sama dan terus menatapku penasaran.
         “Aku kan gadisnya Mas yang paling setia. Tenang aja Mas, belum ada yang seperti  Mas kok.” Aku mencoba menenangkannya sambil menggandengnya untuk mengajaknya segera melangkah ke tempat taxi-taxi yang berjajar. Setelah dari bandara ini kami akan langsung menuju rumah keluarga Mas Revan.
         Di perjalanan tidak banyak yang kami perbincangkan, hanya seputar pekerjaan mas Revan ataupun kuliahku selama kami terpisahkan jarak selama tiga tahun. Hanya saja sesekali dia menggenggam tanganku lebih erat dari biasanya. Aku mulai menyadari  bahwa dia merindukanku melebihi  kerinduan yang aku pendam selama ini. Senyumnya memang tak pernah berubah, masih sama tenteramnya seperti dulu. Namun, penampilannya saat ini jauh lebih menarik dari sebelum dia meninggalkan negara ini, mungkin karena rambutnya yang lebih bergaya dan keren. Apalagi cara berpakaiannya pun sudah tidak sekuno dulu lagi. Tak salah aku memperbaiki penampilanku selama ini. Coba kalau aku masih tetap pada gayaku yang cuek, pasti kebanting dengan gaya mas Revan yang sudah sekeren ini.

         Sesampainya di rumah keluarga besar mas Revan, semuanya sudah menunggu. Ibu, panggilanku untuk ibu mas Revan, sudah mempersiapkan segala macam makanan khas Jogja untuk anak laki-laki tertuanya ini. Ya, mas Revan adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Mbak Asti, kakak mas Revan, sudah menikah tiga tahun lalu sebelum mas Revan berangkat ke Jerman dan Radit, si anak bungsu, satu tahun lebih muda dariku dan merupakan adik angkatanku di kampus. Sedangkan bapak, yang langsung berdiri dari duduknya untuk menyambut anak laki-laki kebanggaannya, masih bekerja disebuah instansi pemerintahan di Jogja. Keluarga ini sungguh hangat. Mereka mampu membuatku betah berada diantara mereka, walaupun aku adalah orang luar saat ini. Bahkan selama mas Revan ada di Jerman aku tetap disambut hangat oleh mereka, terutama ibu yang sudah kuanggap seperti mamaku yang harus meninggalkanku ketika aku berumur enam belas tahun karena kanker yang menyerangnya selama tiga tahun lebih.
      Hidupku memang terasa kembali bersemangat sejak kedatangan mas Revan, dapat menyandarkan sedikit beban tugas akhir yang harus aku selesaikan secepatnya. Paling tidak keceriaanku bertambah, walau kami hanya punya waktu selama seminggu. Waktu yang terasa begitu singkat bagiku yang menanti selama tiga tahun lamanya. Apalagi tidak hanya aku yang harus mas Revan temui. Masih banyak sanak saudara dan sahabat-sahabatnya ,yang sama sepertiku, menginginkan bertemu langsung dengannya. Sebisa mungkin aku mendampinginya jika aku tidak ada kegiatan perkuliahan. Mas Revan memang tidak mau hubungan kami ini mengganggu urusan kuliah dan karir kami masing-masing, komitmen yang masih terjaga diantara kami. Dukunganlah yang paling penting dalam hubungan kami ini, hal macam inilah yang kami terapkan dari awal.
        “Dik. Besok Mas harus sudah balik lagi ke tempat kerja. Maaf ya kalau Mas nggak bisa nemenin lama-lama di sini. Masih ada tanggung jawab lain yang harus Mas selesaikan. “ Mas Revan membuka pembicaraan saat kami tengah berjalan menyusuri pantai di sore itu.
      “Iya, Mas. Aku tahu kok. Mas tenang aja. Aku ngerti.” Walau terasa agak berat sebenarnya melepaskan Mas Revan yang baru beberapa hari ada bersamaku.
        “Tapi Mas janji, Dik. Mas akan pulang secepatnya.” Aku hanya mengangguk mengiyakan kata-katanya. Entah apa yang kurasakan, tapi aku hanya mampu terdiam tanpa berkata apapun dan hanya mengikuti jejak-jejak langkah kakinya. Aku merasa aneh sore ini, merasakan ketidakrelaan yang besar untuk melepaskannya. Aku sendiri hanya mampu menghela nafas berat untuk menenangkan diri dan mengeratkan genggaman tanganku pada tangan mas revan yang terasa lebih hangat.
Jawaban dari perasaan aneh sore itu terjawab sudah dengan kabar yang aku dengar sendiri dari kata-kata Radit. Jawaban yang aku sendiri tidak pernah mau mendengarnya. Tidak pernah mau mengetahui hal macam ini kalau aku bisa. Seketika memang semuanya menjadi buram dan kemudian tubuhku lemas dengan gelap yang melingkupi saat itu juga. Tak pernah menyangka semua ini akan terjadi padaku lagi dan yang aku tahu ketika aku terbangun hanyalah air mata yang membanjiri hariku dengan kejamnya pada hari ini. Karena, keesokan harinya air mataku telah habis untuk mengantarkannya pada tempat tujuan terakhir.
Aku hanya sanggup bersandar pada tubuh Eka, yang tanpa pernah terlihat lelah akibat menemaniku sejak aku jatuh pingsan kemarin. Ya, hari ini aku menyaksikan sendiri tubuh laki-laki yang aku sayangi dibaringkan di tempat peristirahatan terkhirnya, setelah dengan perjuangan kerasnya melawan segala luka parah yang diderita akibat kecelakaan sebelum ia berangkat ke bandara. Semuanya terasa begitu cepat bagiku untuk merasakan kehilangan lagi dalam hidupku. Satu-satunya obat yang sedikit mengurangi rasa sakitku hanya sebuah catatan kecil yang tertulis pada buku catatan Mas Revan.

“Andaikan aku tidak bisa membalas segala penantian terbaik yang ia berikan untukku Yaa Tuhan, biarkanlah ia menemukan seseorang yang lebih baik dariku”

              Tidak ada yang lebih aku mengerti dalam tulisan itu, kecuali perasaanku yang dibalasnya dengan sepenuh hati. Dan hal ini sudah cukup untuk membalas segala penantian yang telah aku lakukan selama tiga tahun terakhir ini. Semoga jawaban dalam hatiku ini sanggup mengantarkan mas Revan yang telah berangkat lebih dulu ke surga.

Cari Kosan Baru


Teringat dengan awal pertama kali datang ke Jogja. Bukan pertama kali juga sebenarnya, cuma ya sebelum ini numpang lewat doank. Waktu itu niat datang ke Jogja untuk menjadikan Jogja sebagai rumah kedua, alias mau kuliah di sini, Jogja maksudnya. Asing. Nggak ada saudara, kalo temen sih ada. Maklum ya, aku telat setaun, jadi teman-temanku udah di Jogja duluan. Dan pada saat itu  dengan PD-nya bapak udah pesenin kosan, dari sebelum pengumuman SNMPTN. Feelingnya pas banget, tempatnya enak, gak mau pindah-pindah lagi ahh... hehehehe....
Mengingat-ingat itu terkadang buat kita tertawa sendiri, atau malah menangis sendirian di kamar. Terus kenapa aku inget masa2 awal aku di sini??? Semuanya bikin aku tertawa heran, soalnya baru kerasa aja, udah beberapa bulan jadi orang Jogja. Bahkan waktu pulkam ke Pekalongan, kerasanya pingin balik ke Jogja dengan rutinitas anak kosan. Padahal waktu di Jogja malah pingin pulang, malah kadang kala berasa Pekalongan-Jogja itu deket (5-6 jam naik travel biasanya).
Tenang-tenang ini bukan Cuma omong kosong belaka. Hehehee. Aku mau ng-share pengalaman awal anak kosan, apa aja yang dibutuhin untuk pertama kali, dan apa aja yang perlu dilihat dari segala fasilitas kosan  yang ditawarkan.
1.      Kosan Phisically
Yang pertama harus dilihat sebelum ngekos pasti bentukan kamar kosnya. Mulai dari fasilitas yang udah ada sampai kebersihan kamar mandinya. Penting nih buat diperhatikan untuk kelangsungan kebersihan pribadi juga. Soalnya buat orang yang rada-rada males kayak aku, bakal milih kosan yang tanggung jawab kebersihannya dibantu sama orang lain. Jadi, tanggung jawab yang aku pegang ya cuma kamarku aja. Nggak kebanyakan bersih-bersih. hehehee
2.      Aturan kosan
Seberapa ketat aturan kosan juga harus diperhatiin mulai dari siapa aja yang boleh masuk sampai jam malamnya. Kalau ditempat kosanku yang sekarang sih peraturan yang paling menggiurkan buat aku yang lebih seneng bebas ya gak adanya jam malam. Eeiittss... jangan salah sangka dulu, ini semua sih dikarenakan kebebasan untuk bisa ngerjain tugas atau mungkin aja ada kegiatan organisasi diluar yang bisa aja sampe malam. Jadi, gak keburu-buru ngerjain tugasnya. Ya, walaupun jangan keterlaluan juga pulangnya, pasti ditanyain bapak kos juga kalo pulang malem. Masih ada pemantauan dari orang kosan lahh pokoknya.
Oh iya, yang boleh masuk kosan juga gak sembarangan orang. Kalo bukan keluarga, laki-laki dilarang masuk, kecuali dengan alasan-alasan tertentu. Misalnya nih mas-mas tukang galon atau gas, atau bisa juga tukang dan temen yang bantuin pindahan atau benerin sesuatu dikosan. Buat aku sendiri, aturan yang baik itu gak terlalu mengikat tapi tetep ada pengawasan. Paling gak, itu idealnya menurutku secara pribadi.
3.      Barang-barang yang dibutuhin
Liat juga semua fasilitas yang dikasih dari kosan, biasanya sih sesuai dengan harga yang ditawarin. Semakin banyak barang yang udah disediain semakin sedikit barang yang kita harus beli kan? hehehee
4.      Tempat makan
Hal penting lainnya yang perlu diketahui secepatnya setelah menentukan tempat kosan sih, buat aku, ya tempat makan. Sering banget anak kosan itu males makan atau lupa makan Cuma karena tempat makannya jauh. Tapi tenang aja, kalau buat daerah yang banyak kosan, pasti banyak tempat makan. Tapi juga perlu disurvei dulu ya tempatnya, pasti nanti bakalan ada satu tempat yang jadi favorite dan pas sama lidah kita masing-masing. Kalo aku sih sampe butuh sebulanan buat icip-icip tempat makan deket kosan. hehehehehee
5.      Tempat beli barang bulanan
Buat anak kos baru, jangan lupa juga cari toko atau warung yang jual barang kebutuhan sehari-hari. Kan gak setiap hari juga kita bisa ke super market untuk cari kebutuhan yang dadakan harus ada hari itu juga. Jangan lupa tanya-tanya super market mana yang lebih murah untuk barang bulanannya. Namanya juga anak kos. hehehee
6.      Jarak dan waktu ke kampus
Ini juga nih yang bakal jadi pertimbangan penting untuk menentukan kosan mana yang bakal kita pilih. Kita harus tahu dimana kosan dan dimana kampus kita. Jalan yang lebih cepat untuk sampai ke kampus juga harus dicari secepat mungkin. Gak papa lahh kalo awal-awal di tempat baru, nyasar-nyasar dikit gara-gara penasaran.hehehee... *pengalaman pribadi*
Yahhh... untuk sementara sih segini dulu aja sharing pengalamanku. Semoga bermanfaat buat yang relain waktunya buat baca... hehehee... cayoo !!!

Selasa, 03 Juli 2012

Maaf...


Ketika kemarahan menghinggapi hati, tak tahu aku harus berbuat apa. Semua terasa buram dan tak berbentuk. Semuanya benar-benar mengarahkan emosi ini hanya pada diri sendiri. Kemudian, mulai bertanya, “ kesalahan macam apa yang telah kuperbuat? ”. Sekali lagi buram. Aku tak mengerti. Apakah hanya ini kemampuan yang aku miliki? Apakah hanya ini saja yang dapat aku lakukan? Rasanya ingin berteriak. Menyalahkan diri sendiri.
Aku seperti berada pada lembah sempit yang didampingi dua tebing indah. Merasa terjebak pada keindahan  yang tidak dapat dipungkiri. Menyesal itu tak mungkin lagi. Tak berguna. Aku merasa aku sendiri yang menjatuhkan diriku di tempat ini. AAAAAAA.... kenapa semua ini? Dan kemudian aku merindukan kesendirianku yang terasa telah lama menghilang. Kemana aku harus pergi untuk mencarinya? Pertanyaan besar yang entah kapan akan terjawab.
Kalau saja mungkin aku kembali pada waktu aku dapat memilih. Kalau saja. Tapi, akankah aku tahu aku akan memilih yang mana? Keduanya sama-sama indah, sama bermaknanya bagi jalanku. Aku tak mau melepaskan keduanya. Egois, mungkin ya, aku mengakuinya. Serakah? Sudah pasti kata berbeda yang akan muncul kali ini. Dan, sekali lagi aku merasa buram, tak tahu arah.
Aku mungkin memang tak bertanggung jawab. Menyakiti hati banyak orang dengan pilihanku. Tak banyak aku dapat lakukan selain tertunduk lesu. Meminta maaf dengan segala kerendahan hati dan keterbatasanku sebagai manusia. Andai saja mereka mendengarnya. Andai saja mereka mau mendengarnya. Andai saja mereka mau mengerti posisiku yang ada di antara dua tebing indah yang begitu mempesona.

bimbang


Kebimbangan itu menyakitkan
Seperti dedaunan yang terus saja diombang-ambingkan badai
Entah harus tetap bertahan atau menyerah pada ketangguhannya
Posisiku tak pernah jelas dimataku sendiri
Mencoba mencari jawaban atas makian yang menyakitkan
Bimbang...
Semuanya begitu terasa abu-abu
Tak ada yang salah, bahkan dipandanganku sendiri
Tak ada yang pernah menjatuhkan, hanya makian yang tak bertanggung jawab
Semua memaksaku berpikir ulang tentang diriku sendiri
Semua memaksaku membuka mata akan hal yang terhalangi
Perubahan macam apa ini ya Allah yang kau berikan?
Jalan macam apa yang akan Kau terangi untukku?
Haruskah aku merubah apa yang telah ada dan mencari arah lain?
Pandangan, pandangan, dan pandangan
Pikiran, pikiran, dan pikiran
Semua buram...
Dan semua membuatku kembali bimbang

Selasa, 10 April 2012

Evaluation of aspects that influenced my choice to study Industrial Engineering in Gajah Mada University

Gajah Mada University is one of the best University in Indonesia, and I knew about it from my friend who wanted study in UGM when I was in senior high school. When we were in twelfht grade, we always looked for about university where we wanted study in after passed the examination of senior high school. Actually, UGM was not my priority because my family wanted me to join with another high school. However, I always enthusiased knowing about UGM. I didn’t know why, but I could feel that UGM was my next destiny, and I could prove it now.
Knowing that my father wanted me to go to another high school, I started talking with him about my choice, Gajah Mada University. I told him anything what I know about UGM, I really wanted that he allowed me to study in UGM. He really excited until I said that I wanted to study in Law’s Faculty. He said that It was not right choice for me who came from science field, not social field. He rejected my choice again after rejected to allow me to choose another university.
Then, I asked to my father what he wanted to be my choice if I could go to UGM. He suggested Engineering Faculty because he thought that it was appropriate with my field in senior high school. However, I didn’t see what I would choose in engineering faculty, I said it’s ok. After  talking about any chance, my parents and I agreed to choose Industrial Engineering in Gajah Mada University.
The reason why we chose Industrial Engineering was starting because I’m a girl. We thought that other engineering departments accepted majority boy students. Although, I can see that it’s not like that anymore right now, except mecanical engineering. My parents saw that Industrial Engineer is one of good jobs for girls. It’s not like another engineer because we thought that it’s similar with a management engineer.
Good grade of Industrial Engineering in Gajah Mada University was another reason why I chose it. After talking about Industrial Engineering with my parents, I looked for anything about it. It’s like what I had read in the first paragraph that Gajah Mada University is one of the best university in Indonesia, I realized that if I wanted to join it, I had to study harder. I was more surprised when I knew that Industrial Engineering had a good grade in UGM. I must passed the exam minimally with about 44% of all score which can be got. Not becoming nervous and stress about it, I even felt more enthusias to know how I got it with all of my ability. Although, good grade meant study harder, I still chose Industrial Engineering.
How about job as Industrial Engineer? Yes, that was another reason why I still chose  Industrial Engineer, even I knew it would be hard. An Industrial Engineer was not only able to work in manufacturing field but also in other fields like in hospital, bank, and general office. We could choose where we will go after becoming Industrial Engineer, because almost all of fields need our knowledge.
Because of all aspects which I had written, I got permission to join with Gajah Mada University, and I could be a student in Industrial Engineering. The aspects why I chose staying to study it were not enough only because of good grade and good future work. When it was the first semester, my mother asked me wheter I felt appropriate with studying it or not. Surprisally, I said that It was what I wanted. I could study not only about machine but also about human factor. It always made me enthuasias knowing all of it. I started feeling comfortable with my choice.
I had chosen what I would become. It was the most special factor which influenced me to stay study in Indutrial Engineering in Gajah Mada University. I will be a consultan, that is my dream. Business consultan or manufacture consultan is my next destiny, and I believe that I could do it. I got this dream when I was in Introduction of Industrial Engineering lesson. I remembered one of a Japanesse drama which I had ever wacthed when I was in junior high school. This story told about a perfect woman who was a consultan and who always did her job very good. She could resolve one by one problem of a television station very well and get prise of her director. I wanted to become like her. I wanted to become a consultan.
Because of all my aspects study in Industrial Engineering, I was getting more and more enthusias to study it. Especially, when I knew what I would do after becoming an Industrial Engineer. Consultan Company is my next destiny. Untill the day when it become true, I would study hard to make my dream come true and of course to make my parents proud of me as a daughter.

Senin, 09 April 2012

Aku Harus Kuat...

Sesuatu banget... Sumpahhh...


Liat-liat gambar di google and jeng..jeng... dapet foto ini. gak tau kenapa tergugah untuk nampilin di blog. soalnya, lagi sensi banget sama hal2 macam ini beberapa hari ini...
entah sadar atau nggak, yang penting ini yang aku rasain dan aku coba untuk menekannya semampuku. Semuanya demi kebaikan bersama kok... untuk kebaikanku, orang tuaku, dan juga dia...
semoga semuanya bisa kembali seperti semula, tanpa ada beban apapun waktu liat dia...
semoga semua ini memang yang terbaik...
Aku harus kuat dan aku pasti kuat untuk menjalani ini...
ini pilihanku...

Minggu, 08 April 2012

Alasanku untuk Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga bahan bakar minyak yang semakin sering diperbincangkan oleh banyak kalangan, mulai dari pejabat negara sampai ibu-ibu rumah tangga, telah menarik perhatian kami untuk mengkaji hal ini. Kenaikan harga ini memang belum terjadi, tetapi merupakan salah satu pilihan pemerintah sebagai akibat dari kenaikan harga minyak dunia yang dalam beberapa minggu ini memang terlihat naik cukup tajam pada diagram statistiknya. Dalam hal ini ada dua kebijakan sebagai pilihan pemerintah. Pertama, menaikkan harga BBM sebanyak 1500-2000 rupiah atau mematok subsidi pada BBM sebesar Rp.2000 per liternya. Pada opsi kedua ini, harga BBM dalam negeri akan sangat bergantung pada harga minyak dunia.
Mengapa kita menyebut-nyebut harga minyak dunia? Harga minyak dunia mau tak mau merupakan salah satu faktor utama kenaikan harga BBM dalam negeri. Harga minyak dunia yang semakin meningkat beberapa minggu ini telah meningkatkan pula jumlah subsidi pemerintah untuk rakyat lewat harga BBM yang lebih rendah dari harga minyak dunia. Kepentingan inilah yang menyebabkan pemerintah mengambil jalan lain yaitu dengan mengalihkan subsidi yang pada awalnya digunakan untuk mengsubsidi harga BBM menjadi subsidi pada bidang pendidikan dan perdagangan.
Dana APBN sebesar 20% untuk pendidikan merupakan salah satu janji pemerintah yang belum tercapai. Hal inilah yang telah memicu pemikiran untuk mengalihkan dana subsidi BBM pada bidang pendidikan. Sedangkan alasan untuk pengalihan dana pada bidang perdagangan, lebih dikarenakan bidang ini merupakan salah satu bidang yang nantinya akan sangat terpengaruh oleh kenaikan harga BBM ini. Dengan melihat hal-hal ini sepertinya pemerintah telah memperhatikan resiko kenaikan BBM ini. Namun, tidak semudah itu kenyataan yang terjadi di masyarakat.
Dampak yang terjadi pada masyarakat ternyata lebih mengerikan daripada perkiraan pemerintah. Sebelum harga BBM jadi dinaikkan saja, harga-harga kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik. Rakyat sudah mulai menjerit kesulitan. Semua pihak mulai menyuarakan hak berbicaranya untuk menentang kenaikan BBM.
 Lalu, apa lagi yang mungkin terjadi? Kenaikan invlasi yang semula berkisar 3,5% hingga 5,5% menjadi 7,8% sampai 7,9%. Peningkatan nilai invlasi inilah yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia. Dampak lainnya dapat dilihat dari sisi ekspor usaha industri kecil yang diperkirakan akan turun 0,02%, jika kenaikan harga BBM ini jadi diadakan. Belum lagi pada harga barang yang sangat berpengaruh pada pembangunan infrastruktur seperti baja. Kenaikan harga BBM tentu saja akan meningkatkan biaya produksi dari benda dasar infrastruktur macam baja ini.
Dampak yang lebih mudah terlihat tentu saja pada bidang transportasi. Kenaikan harga BBM tentu saja akan meningkatkan biaya operasi dari berbagai transportasi publik. Dari yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah bis-bis angkutan kota, kenaikan harga bahan bakar solar tentu akan mulai membebani para sopir angkot yang telah mempunyai target penghasilan per harinya. Transportasi massal seperti kereta api pun akan mengalami dampak yang cukup besar. Dengan adanya kenaikan harga bahan bakar, biaya untuk menempuh rute biasa pun akan bertambah. Jika tidak ada peningkatan jumlah anggaran untuk operasional kereta api ini, kemungkinan besar rute atau frekuensi perjalanan akan berkurang 20% dari yang biasanya. Hal ini yang nantinya akan mengakibatkan sekitar 44.000 penumpang kereta api tidak akan terangkut.
Setelah melihat semua data yang tertera di atas tentu saja kami berpikir untuk menolak kenaikan harga BBM dengan alasan-alasan yang dilontarkan oleh pemerintah. Pengurangan subsidi pada bahan bakar minyak dan menggantinya pada bidang pendidikan dan perdagangan tidak akan cukup efektif untuk mengurangi beban rakyat. Kenaikan pada berbagai kebutuhan pokok telah menjadi bukti lain ketidakefektifan hal ini. Dampak-dampak buruk dari kenaikan harga BBM ini, kami lihat akan terasa lebih besar dibandingkan dengan jalan keluar yang telah pemerintah tawarkan. Kenaikan ini tidak hanya akan memberatkan pemerintah dari sisi beban subsidi, namun juga rakyat yang telah menjerit kesulitan tanpa kenaikan harga BBM ini. Sekali lagi kami tekankan, kami menolak adanya kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri.

Pertentangan

Aku hanya ingin menjalankan apa yang menurut aku benar. Namun seringkali hal ini malah menjadi pertentangan antara aku dan orang lain. Berat rasanya sewaktu yang menentang keputusanku ini adalah orang yang paling dekat. Aku tau maksud semua yang beliau bilang itu juga demi kebaikanku, untuk menjauhkanku dari kesalahan jalan hidup yang aku pilih. Lalu, apa yang harus aku lakukan??? Ternyata yang masih aku lakukan sampai sekarang adalah menentang apa yang beliau inginkan. Merasa bersalah itu pasti.
Usahaku untuk menjelaskan segala hal yang aku inginkan ini, terus saja dibantah, sampai akhirnya keluar kata-kata, terserah kamu aja maunya gimana. Sakit. Rasanya cukup menyakitkan ketika beliau yang mengatakannya. Rasanya cukup tajam untuk menusuk hati. Mungkin saja kalau aku terlalu lemah dengan pilihanku, aku akan mundur dan mengikuti apa yang beliau katakan. Semoga Allah melihat niatan baikku saat membantah perintah beliau ini. Semoga Allah memberikan jalan yang benar bagiku untuk melakukan ini semua. Karena aku yakin ini adalah salah satu jalan yang benar yang akan aku tempuh.
Aku cukup berterima kasih pada orang-orang yang telah mendukung aku dari belakang. Juga pada orang-orang yang telah memperlihatkan jalan ini padaku. Semoga semua orang bisa melihat kebenaran pada jalan yang aku tempuh ini. Karena aku yakin ini benar. Karena aku yakin ini semua karena Allah Subbahana Wa Ta’ala. Aku yakin.

Minggu, 01 April 2012

Pantai Siung

salah satu pantai paling keren yang pernah aku datengin...
pantai karang yg susah untuk dilupain...
jgn lupa kalo ke jogja cari pantai ini ya...
walaupun gak ada sinyal, tetep mantep bgt deh ni pantai...

foto-foto dari atas tebing... keren bgt cuuyyy...




pelangi dipagi hari... dua hari berturut-turut melihat pemandangan kayak gini, subbahannallah...

dari sisi pantai juga gak kalah keren kok...



klo ini gambar waktu air lautnya surut, karang yg tadinya dibawah air keliatan deehhh...
ada ikan kecil sampai kerang yang unyu-unyu...




klo ini sisi lain pantainya...

siapa yang tertarik datannnngggggg???? hehehee

Sabtu, 17 Maret 2012

Curcol tentang Makhluk Terindah

Merasa terjebak pada keindahan manusiawi yang menyesakkan hati adalah salah satu kejadian dalam hidup yang terlalu complicated untuk diperbincangkan. Perasaan yang berbicara dalam pikiran terlalu banyak dan sulit untuk diuraikan. Entah apa yang mau aku tulis untuk memperlihatkannya. Menggambarkan setiap pikiran yang berkecamuk dalam otak menjadi begitu sulit ketika sudah ada campur tangan hati dalam hal ini. Semuanya terasa begitu buram, tak jelas kemana arahnya akan berjalan. Tak pernah bisa dipastikan sampai semuanya benar-benar menyatu.
Heran, termangu, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dalam diri ini. Melihat semua hal menjadi terasa tak jelas. Hanya keindahan yang ada di depan mata yang terlihat, begitu jelas. Semua terasa menghilang satu per satu, menyisakan dirinya dengan langkah tenang yang khas. Kemudian muncul pertanyaan paling hina dalam hidupku, “ akankah ia mendekat atau pergi menjauh???” dan semuanya menjadi kembali terang. Semua yang menghilang telah kembali dan menyadarkanku. Aku masih ada di dunia nyata. Dalam sekejap semuanya terasa berbeda dengan harapan.
Setelah semua itu aku alami entah apa yang terjadi. Aku kembali tertunduk dengan muram. Apa ini akan bernasib sama seperti sebelumnya? Hanya bayangan semu dengan senyuman menarik yang mampu membuat duniaku tersenyum pula. Seperti lagu dari Avriel Lavigne-smile. Aku itu bebas berjalan kemana pun, tapi ketika ia ada, semuanya berubah. Semuanya berasa memiliki arahnya sendiri. Kecuali perasaanku  pada makhluk indah yang masuk dalam hidupku.

Minggu, 26 Februari 2012

Mencoba Belajar dari Anak Kecil

                Pernah mencoba belajar dari seorang anak kecil??? Bukan belajar pelajaran sekolah semacam matematika, tapi pelajaran dari cara dia memahami sesuatu. Mungkin terlihat nggak penting waktu kamu nganterin seorang adek kecil ke tempat bermain anak-anak. Aku nggak tau nama mainannya apa, semacam petualangan kecil yang ada perosotan sampai jembatan tali gitu. Kayak outbond mini gitu. Ternyata waktu aku nungguin adek sepupuku ,yang masih empat tahun itu, banyak juga kejadian berfilosofi bagus untuk kehidupan sehari-hari kita.
                Jadi gini ceritanya...
                Kita andaikan saja permainan rintangan yang ada ditempat itu adalah rintangan hidup kita. Apa yang aku sadari disitu??? Ternyata setiap adikku ini melalui jalan yang lebih cepat alias lebih pendek, jalan itu atau jalur itu lebih beresiko. Entah dia kepeleset lahh, entah hampir jatuh juga. Tapi, dia nggak kapok-kapoknya lewat jalur itu. Berasa lebih mengasyikkan. Lebih memacu adrenalin. Dalam kehidupan kita, dengan atau tanpa kita sadari, sering terjadi saat-saat kita harus memilih salah satu dari jalan pilihan yang ada. Semakin cepat, semakin beresiko. Aku rasa kadangkala memilih jalan yang penuh resiko itu perlu untuk hidup kita. Untuk apa??? Menambah keberanian, gambling, sampai melatih perhitungan pengambilan keputusan. Yang lebih sederhananya sih menambah warna hidup yang datar-datar aja. Lagi pula hasil yang kita dapatkan kalau berhasil pasti lebih besar daripada jalan yang mudah. Coba aja sekali-kali, coba aja selugu anak kecil yang akan terus bangkit walau sering terjatuh pada jalan yang telah dia pilih.
                Hal menarik yang aku liat lainnya adalah ketika adik sepupuku ini berniat melewati  jembatan. Jembatan ini tersusun dari tali-tali dan kayu-kayu yang masih bergoyang-goyang. Adik sepupuku ini yang biasa galak, keliatan ketakutan dan ragu sewaktu akan lewat tantangan yang satu ini. Dia mencoba meletakkan satu kakinya di jembatan itu, tapi ditarik lagi waktu jembatan itu mulai bergoyang. Lucu deh liatnya... Eeiitss, jangan diketawain dulu tapinya. Sewaktu dia ragu itu, dia liat ke aku dan aku coba bilang ‘nggak papa’. Pada akhirnya dia mau mencoba melewati rintangan itu. Bukan karena dukunganku saja, tapi yang aku liat alasannya lebih karena dia melihat temannya di permainan itu bisa melewati jembatan ini.
Dua hal yang bisa aku tangkap dari kejadian jembatan ini. Pertama, ketika kita melakukan sesuatu, dukungan dari orang-orang sekitar itu sangat diperlukan. Tapi jangan lupakan satu hal, keinginan dari dalam diri kita sendiri adalah satu hal terpenting untuk melewati setiap rintangan yang ada pada kehidupan kita ini. Hal kedua adalah saat kita melihat orang yang sudah mempunyai tingkatan lebih tinggi dari kita, apa yang harus kita lakukan??? Diam saja kah??? Irikah??? Bukan, yang harus kita lakukan adalah membuat hal ini sebagai semangat, sebagai bahan untuk target kita. Mungkin saja untuk lebih dari orang ini. Karena ketika orang itu saja bisa melakukan, kenapa kita tidak...
Cerita lebih menarik lagi terjadi saat dia berhasil mendahului anak kecil lain, yang awalnya dia ikuti setiap jalurnya. Cara adik sepupuku mempelajari apa yang anak kecil lain ini jalani, telah membuat dia mampu mendahului dan beralih memimpin untuk menentukan jalur yang akan mereka lewati. Lebih jelaskah untuk penjelasan paragraf sebelumnya??? Hehehee... jadi jangan patah semangat saat orang lain ada di depan kalian, tapi teruslah bersemangat untuk mengejar dan melampaui mereka. Yakin, pasti bisa...
Satu pokok pelajaran yang aku dapatkan. Anak kecil itu berpikir lebih sederhana dari kita. Sehingga mereka lebih cepat mengatasi ketakutan mereka. Hal ini lahh yang aku rasa membuat mereka menjadi lebih cepat belajar, lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan, lebih pemberani, dan lebih bersemangat dalam menjalani hidup mereka. Jadi ketika kalian  mulai merasakan keputusasaan dalam hidup kalian, cobalah perhatikan seorang anak kecil yang sedang bermain dengan riangnya, tanpa beban. Maka pada saat itulah kalian akan merasakan keluguan mereka dan berpikiran hidup itu tidak serumit yang kita bayangkan selama ini.
 Semoga bermanfaat ya tulisan ini... heheheee...

Jumat, 24 Februari 2012

Curcol Mahasiswa untuk Rektor UGM

               Sudah jadi rahasia umum  kan kalau sering kali terjadi pertentangan antara pihak mahasiswa dengan pihak rektorat. Terutama tentang kebijakan yang dianggap merugikan pihak-pihak tertentu, apalagi dari pihak mahasiswa itu sendiri. Penyebab ini semua secara sederhananya adalah perbedaan idealisme. Namun, ternyata semuanya yang terjadi antara rektor dengan mahasiswa tidaklah sesederhana kedua kata itu, PERBEDAAN IDEALISME. Imbas yang terjadi ternyata lebih dari sekedar yang terlihat.
                Pada tulisan ini aku sama sekali tidak berminat menjatuhkan pihak manapun, hanya mencoba mengkaji hasil perbincangan dengan sesama mahasiswa. Sebagai mahasiswa, aku mengakui kadangkala ada kesalahan pengambilan kesimpulan dari kebijakan yang keluar dari rektorat dan masih ada sikap egoisme yang terlihat dari tindakan-tindakan yang diambil oleh pihak mahasiswa. Mahasiswa tidak selalu benar dan rektor tidak selalu mengerti mahasiswa. Aku rasa itu yang terjadi selama ini.
                Permasalahan paling dasar yang menjadi pertentangan adalah masalah transparansi rektorat terhadap mahasiswa ataupun masyarakat. Tranparansi apa sih emangnya? Banyak hal ternyata. Salah satunya adalah masalah keuangan. Duit lagi.. duit lagi... heran ya kalo ngomongin duit nggak akan ada abisnya. Pembongkaran BPK atas keuangan UGM jadi salah satu bukti jelas hasil dari ketidaktransparannya. Berapa banyak yang diselewengkan sampai begitu banyaknya akun rekening bank, baik atasnama institusi maupun perseorangan, merupakan bukti  begitu berantakannya keuangan UGM. Ckckckkkk... siapa sih yang megang keuangannya? Berasa banyak orang pinter yang nggak digunain ilmunya, kalo caranya gini. Mubadzir tau, punya ilmu nggak dipake... hehehee
                Transparansi keuangan ini juga dapat kita kaitkan dengan masalah beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu di UGM ini. Penerima beasiswa BPUTM dialihkan atau diajukan untuk menerima beasiswa bidik misi yang notabene adalah beasiswa yang berasal dari pemerintah. Lalu, kemana perginya dana beasiswa BPUTM??? Ada dua kejadian yang terdengar. Pertama, ada pembayaran ganda dari mahasiswa penerima beasiswa ini, dengan artian mereka menerima kedua beasiswa tersebut sekaligus. Kedua, penerima BPUTM dialihkan menjadi penerima beasiswa bidik misi yang ini meninggalkan kesan bahwa UGM berusaha untuk lepas tangan dari tanggung jawab untuk pemberian beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu. Entah mana yang benar, yang benar adalah tidak adanya tranparansi keuangan. Hehehee...
                Transparansi ternyata juga harus dilakukan dalam masalah pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh rektorat. Untuk apa???  Tentunya untuk membuat mahasiswa mengerti  tujuan dari pengambilan kebijakan tersebut. Dengan ini pula rektorat dapat mengetahui tanggapan mahasiswa tentang kebijakan sebelum adanya aksi demo atau turun ke jalan. Bukannya lebih enak kalau diomongin baik-baik?? Jadi nggak perlu ribut-ribut dulu macam kasus pemberhentian ekstensi di sekolah vokasi.
                Apa yang sebenarnya terjadi dengan sekolah vokasi??? Pemberhentian pemberian ekstensi ternyata menyulut aksi mahasiswa yang menjadi perhatian publik. Hal ini meninggalkan kesan pihak universitas mengingkari janji yang mereka berikan ketika mahasiswa SV masuk, yaitu hak ekstensi dengan persyaratan tertentu seperti batasan nilai atau IPK. Penyelesaian masalah yang pada awalnya terkesan tidak digubris oleh pihak rektorat, telah membuat mahasiswa melakukan aksi pengepungan rektorat. Sampai ada tenda-tendanya segala lho... bener-bener pendudukan rektorat. Masalah ini sempat berlarut-larut dan rektorat meminta waktu untuk mengkaji masalah ini lagi. Namun, sampai sekarang belum ada kelanjutan dari masalah ini. Entah pihak mahasiswa SV tidak memberi kabar kepada kami atau keputusan pihak rektorat memang tidak dipublikasikan untuk umum, dengan artinya hanya untuk kedua belah pihak saja. Seharusnya transparansi rektorat, yang sayangnya belum terlaksana, dalam pengambilan kebijakan ini bisa mengurangi dampak ketidakpuasan mahasiswa. Nggak perlu sampai ada aksi kayak kemaren itu lagi lahh kalo perlu... Apalagi masih banyak jalan keluar tanpa harus menghapuskan ekstensi yang telah dijanjikan pihak universitas saat mahasiswa SV ini masuk menjadi bagian UGM. Terkesan penghilangan hak ya...
                Contoh lain lagi adalah masalah KIK. Mungkin tujuan yang dimaksudkan oleh rektorat itu baik, tapi tidak adanya pemahaman dalam mengelola mahasiswa terutama gerakan mahasiswa telah membuat komunikasi yang ada antara mahasiswa dan rektorat menjadi memanas. Santai ngapa??? Hhuuhh... Penggunaan KIK ini ternyata dianggap telah mempersulit akses beberapa kendaraan untuk melintasi wilayah UGM. Ditambah lagi penarikan uang untuk kendaraan tanpa KIK ketika meninggalkan wilayah UGM. Kemana larinya dana yang terkumpul itu?? Ke kantong si penjaga atau ke kantong UGM yang telah terbukti carut-marut itu??? Ckckckkk...
                Pengejaran Status World Class Research University (WCRU) juga menghadapi tanggapan miris mahasiswa. Ada dosen yang malah dengan asyiknya melakukan riset dan proyek miliknya demi terwujudnya status ini, tapi sering meninggal kelas yang berarti meninggalkan kewajiban utama untuk berbagi ilmu dengan kami, mahasiswa UGM. Belum lagi kampus educopolish yang mulai tercipta di lingkungan UGM ini. “Wuuiihh ngapain nih ada mall di tengah-tengah kampus???” lelucon yang benar-benar terjadi saat melihat gedung salah satu fakultas di UGM... hahahaa
                Dengan melihat banyaknya kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan pada masa kepemimpinan rektor Prof.Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D.  Seharusnya kita menjadi lebih paham betapa pentingnya pemilihan rektor yang sedang kita hadapi saat ini. Pemilihan dan pengangkatan Pak Sudjarwadi yang dipertanyakan pada masa-masa awal kepemimpinannya, telah ditutup dengan kejadian terbongkarnya dosa-dosa pengambil kebijakan ini. Semua imbas kesalahan pengambilan jalan kebijakannya sudah kita rasakan sendiri sebagai mahasiswa UGM.
                Sebelum semuanya terlanjur terulang kembali, ayo kita kawal pemilihan rektor saat ini. Agar menjadi pemilihan yang bersih dan tanpa kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan, tapi kepentingan kita bersama sebagai keluarga besar Universitas Gajah Mada.
Hidup Mahasiswa Indonesia !!!!