Kenaikan harga bahan bakar minyak yang semakin sering diperbincangkan oleh banyak kalangan, mulai dari pejabat negara sampai ibu-ibu rumah tangga, telah menarik perhatian kami untuk mengkaji hal ini. Kenaikan harga ini memang belum terjadi, tetapi merupakan salah satu pilihan pemerintah sebagai akibat dari kenaikan harga minyak dunia yang dalam beberapa minggu ini memang terlihat naik cukup tajam pada diagram statistiknya. Dalam hal ini ada dua kebijakan sebagai pilihan pemerintah. Pertama, menaikkan harga BBM sebanyak 1500-2000 rupiah atau mematok subsidi pada BBM sebesar Rp.2000 per liternya. Pada opsi kedua ini, harga BBM dalam negeri akan sangat bergantung pada harga minyak dunia.
Mengapa kita menyebut-nyebut harga minyak dunia? Harga minyak dunia mau tak mau merupakan salah satu faktor utama kenaikan harga BBM dalam negeri. Harga minyak dunia yang semakin meningkat beberapa minggu ini telah meningkatkan pula jumlah subsidi pemerintah untuk rakyat lewat harga BBM yang lebih rendah dari harga minyak dunia. Kepentingan inilah yang menyebabkan pemerintah mengambil jalan lain yaitu dengan mengalihkan subsidi yang pada awalnya digunakan untuk mengsubsidi harga BBM menjadi subsidi pada bidang pendidikan dan perdagangan.
Dana APBN sebesar 20% untuk pendidikan merupakan salah satu janji pemerintah yang belum tercapai. Hal inilah yang telah memicu pemikiran untuk mengalihkan dana subsidi BBM pada bidang pendidikan. Sedangkan alasan untuk pengalihan dana pada bidang perdagangan, lebih dikarenakan bidang ini merupakan salah satu bidang yang nantinya akan sangat terpengaruh oleh kenaikan harga BBM ini. Dengan melihat hal-hal ini sepertinya pemerintah telah memperhatikan resiko kenaikan BBM ini. Namun, tidak semudah itu kenyataan yang terjadi di masyarakat.
Dampak yang terjadi pada masyarakat ternyata lebih mengerikan daripada perkiraan pemerintah. Sebelum harga BBM jadi dinaikkan saja, harga-harga kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik. Rakyat sudah mulai menjerit kesulitan. Semua pihak mulai menyuarakan hak berbicaranya untuk menentang kenaikan BBM.
Lalu, apa lagi yang mungkin terjadi? Kenaikan invlasi yang semula berkisar 3,5% hingga 5,5% menjadi 7,8% sampai 7,9%. Peningkatan nilai invlasi inilah yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia. Dampak lainnya dapat dilihat dari sisi ekspor usaha industri kecil yang diperkirakan akan turun 0,02%, jika kenaikan harga BBM ini jadi diadakan. Belum lagi pada harga barang yang sangat berpengaruh pada pembangunan infrastruktur seperti baja. Kenaikan harga BBM tentu saja akan meningkatkan biaya produksi dari benda dasar infrastruktur macam baja ini.
Dampak yang lebih mudah terlihat tentu saja pada bidang transportasi. Kenaikan harga BBM tentu saja akan meningkatkan biaya operasi dari berbagai transportasi publik. Dari yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah bis-bis angkutan kota, kenaikan harga bahan bakar solar tentu akan mulai membebani para sopir angkot yang telah mempunyai target penghasilan per harinya. Transportasi massal seperti kereta api pun akan mengalami dampak yang cukup besar. Dengan adanya kenaikan harga bahan bakar, biaya untuk menempuh rute biasa pun akan bertambah. Jika tidak ada peningkatan jumlah anggaran untuk operasional kereta api ini, kemungkinan besar rute atau frekuensi perjalanan akan berkurang 20% dari yang biasanya. Hal ini yang nantinya akan mengakibatkan sekitar 44.000 penumpang kereta api tidak akan terangkut.
Setelah melihat semua data yang tertera di atas tentu saja kami berpikir untuk menolak kenaikan harga BBM dengan alasan-alasan yang dilontarkan oleh pemerintah. Pengurangan subsidi pada bahan bakar minyak dan menggantinya pada bidang pendidikan dan perdagangan tidak akan cukup efektif untuk mengurangi beban rakyat. Kenaikan pada berbagai kebutuhan pokok telah menjadi bukti lain ketidakefektifan hal ini. Dampak-dampak buruk dari kenaikan harga BBM ini, kami lihat akan terasa lebih besar dibandingkan dengan jalan keluar yang telah pemerintah tawarkan. Kenaikan ini tidak hanya akan memberatkan pemerintah dari sisi beban subsidi, namun juga rakyat yang telah menjerit kesulitan tanpa kenaikan harga BBM ini. Sekali lagi kami tekankan, kami menolak adanya kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar