Ketika
kemarahan menghinggapi hati, tak tahu aku harus berbuat apa. Semua terasa buram
dan tak berbentuk. Semuanya benar-benar mengarahkan emosi ini hanya pada diri
sendiri. Kemudian, mulai bertanya, “ kesalahan macam apa yang telah kuperbuat?
”. Sekali lagi buram. Aku tak mengerti. Apakah hanya ini kemampuan yang aku
miliki? Apakah hanya ini saja yang dapat aku lakukan? Rasanya ingin berteriak.
Menyalahkan diri sendiri.
Aku
seperti berada pada lembah sempit yang didampingi dua tebing indah. Merasa
terjebak pada keindahan yang tidak dapat
dipungkiri. Menyesal itu tak mungkin lagi. Tak berguna. Aku merasa aku sendiri
yang menjatuhkan diriku di tempat ini. AAAAAAA.... kenapa semua ini? Dan
kemudian aku merindukan kesendirianku yang terasa telah lama menghilang. Kemana
aku harus pergi untuk mencarinya? Pertanyaan besar yang entah kapan akan
terjawab.
Kalau
saja mungkin aku kembali pada waktu aku dapat memilih. Kalau saja. Tapi,
akankah aku tahu aku akan memilih yang mana? Keduanya sama-sama indah, sama bermaknanya
bagi jalanku. Aku tak mau melepaskan keduanya. Egois, mungkin ya, aku
mengakuinya. Serakah? Sudah pasti kata berbeda yang akan muncul kali ini. Dan,
sekali lagi aku merasa buram, tak tahu arah.
Aku
mungkin memang tak bertanggung jawab. Menyakiti hati banyak orang dengan
pilihanku. Tak banyak aku dapat lakukan selain tertunduk lesu. Meminta maaf
dengan segala kerendahan hati dan keterbatasanku sebagai manusia. Andai saja
mereka mendengarnya. Andai saja mereka mau mendengarnya. Andai saja mereka mau
mengerti posisiku yang ada di antara dua tebing indah yang begitu mempesona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar