Laman

Minggu, 14 September 2014

Curcol: Secangkir Kopi

Ketika secangkir kopi menghangatkanku di pagi hari ini.

Pagi ini terbangun dengan perasaan ingin mati saja. Seluruh badan rasanya tak ingin bergerak lebih. Sambil terkantuk-kantuk mencoba berkomunikasi dengan Tuhan dan akhirnya tertidur kembali. Tak ada kata pulas dalam tidurku malam ini. Terbangun beberapa kali dengan diselingi mimpi-mimpi aneh, seperti berada di dunia yang berbeda. Teringat dengan kelas pengganti yang seharusnya aku hadiri pagi ini, tapi tak aku hiraukan.
Menatap jam meja di kamar kosku ini beberapa saat dan memutuskan membuka laptop. Tak ada niat lain, selain mulai mengerjakan sebagian tugas kuliah di pagi ini. Meninggalkan kelas bukan berarti aku tak mendapatkan apapun, kan? Tapi sayang konsentrasiku buyar mengingat berbagai mimpi yang melintas malam ini. Secangkir kopi dan menuliskan perasaanku pun menjadi pilihan pelarian di pagi ini. Hanya sesaat kok, tugas-tugasku sudah siap mengejar.
White Coffee menjadi penyegarku sejak setahun lalu aku tak sanggup meminum kopi hitam lagi. Aromanya tentu saja berbeda, kalau boleh jujur aku lebih suka aroma kopi hitam. Aroma yang lebih mantap dan menyegarkan. Hal yang aneh mungkin, aku merasa kopi hitam memiliki aroma yang lebih manis. Ah ya, kadangkala aku merindukan kopi hitam yang selalu diminum kakekku dulu.
Berbicara tentang merindukan, sepertinya aku memang masih merindukannya. Maaf untuk teman dekatku, DWP, yang selalu jadi pelampiasan pelarian diri. Ahahahaa... Terima Kasih banyak untuk waktunya. Oiya, sepertinya aku juga masih kepikiran pertanyaan LS soal apakah aku ingin bertemu dengan orang itu. Pembicaraan malam itu sepertinya berujung pada mimpiku tadi malam. Aku hanya bertemu dengannya dalam mimpi.
Ah, sarapanku sudah jadi. Telur orak-arik dengan daun bawang, seledri, irisan cabe, dan juga lelehan mentega di atas sepiring nasi hangat. Tak perlu dibayangkan berlebih, ini enak kok. Itu saja sudah cukup atau mungkin lebih dari cukup. Maaf ya, aku menulis ini memang sedang dalam keadaan sarapan. Mamaku mungkin saja sewot kalau aku hanya minum secangkir kopi di pagi hari. Makanya aku siapkan sepiring sarapan sebagai teman minum kopi untukku sendiri. Maklum ya, nasib yang masih sendiri. Hehehee..
Kembali pada persoalan mimpi. Sepertinya tidak semuanya bisa aku ceritakan, banyak yang sifatnya pribadi. Lho??? Ahahaa... Sudahlah, abaikan, tak perlu dibahas berlebih. Tapi, yang pasti aku alami, dari setiap aliran mimpiku semalam selalu ada orang yang sama, selalu ada orang itu menjagaku. Seperti aku benar-benar terlalu mengharapkannya. #NPKattyPerry_ThinkingofYou
Berawal dari tempat yang sama sekali tak aku kenal dan udara malam yang aneh. Aku masuk di sebuah bangunan dan berjalan di lorong remang-remang yang berbelok-belok dengan banyak pintu di sana. Banyak orang dengan penampilan yang tak biasa, seperti tanggapanku pada penampilanku sendiri yang aneh di mimpi itu. Mereka memperhatikanku seperti bertanya-tanya siapa aku, tapi aku terus berjalan hingga aku menemukan ruangan besar, gelap, dan dihiasi dengan lampu-lampu. Mungkin ini yang namanya night club. Aku siap untuk masuk, tapi dia, orang itu, tiba-tiba menarik tanganku. Dia bilang, “Jangan masuk sana. Ikut ke ruanganku aja.”
Di ruangannya lagi-lagi aku bertemu orang-orang yang tak aku kenal. Mereka tersenyum padaku, menyambutku hangat. Penampilan mereka sama seperti orang-orang di luar ruangan ini, tapi sepertinya mereka dianggap lebih istimewa, entah di bagian mananya. Mungkin termasuk dengan ruangan eksklusifnya ini, dengan sofa besar melingkar yang empuk dan nyaman. Aku duduk di antara mereka, duduk di sampingnya yang melingkarkan lengannya di sandaran dudukku. Nyamankah aku? Tidak sama sekali. Aku terbangun dari tidurku dan melihat jam mejaku, masih jam setengah satu malam. Perasaanku sudah tak enak sejak itu dan mencoba untuk tidur kembali.
Aku kembali masuk ke dalam alam mimpiku. Suasana mimpi yang sama aku rasa, tapi aku merasa lebih nyaman seperti sudah lama mengenal mereka semua. Aku berjalan bersama beberapa orang dengan penampilan yang sama seperti mimpi sebelumnya. Aku mungkin biasa menyebutnya gothic, dark gothic. Kami masuk ke sebuah minimarket yang juga punya bagian seperti cafe. Hanya ada seorang pelayan di balik meja pesanannya, dia juga berpenampilan sama dengan kami. Mereka memesan dan mencoba beberapa rasa es krim yang berbeda, tapi aku memesan secangkir cappucinno. Benar-benar menyegarkan.
Sayangnya, bagian mimpiku yang ini tak berhenti sampai di situ. Orang itu tiba-tiba datang dan menghampiri kami semua. Seakan menanyakan sudahkah semua barang yang dibutuhkan terbeli di mini market itu, lalu menghampiriku. Orang itu kembali berdiri di sampingku, seakan mendampingiku. Dia menyarankanku mencoba seporsi es krim dengan rasa kesukaannya. Romantiskah??? Awalnya aku pikir dia mencoba untuk seperti itu. Tapi, sejak dia masuk pun, aku sudah mulai merasa tak nyaman. Benar-benar tak nyaman sampai aku terbangun sebelum alarmku berbunyi.
Aku mengusap wajahku beberapa kali untuk menghilangkan rasa tak enak yang menyelimutiku sejak terbangun dari. Mencoba untuk tidur kembali, tapi yang ada hanya bolak-balik terbangun hingga panggilan Tuhanku disuarakan. Setelah mencoba berbincang dengan Tuhan, aku baru bisa tertidur lagi. Dengan rasa lelah yang tak hilang dengan tidur malam ini, aku ternyata masih bisa masuk kembali dalam dunia mimpiku.
Tak banyak yang berubah dari suasana yang dibawa dalam tidurku berikutnya. Aku berada di lapangan basket. Di tengah-tengah pertandingan yang dapat timku ungguli. Aku senang dengan keadaan itu, tapi semuanya buyar. Saat time-out quarter kedua, aku bertemu dengannya di pinggir lapangan. Orang itu mencoba menyemangatiku, tersenyum padaku, dan aku hanya bisa terdiam lalu tersenyum tak enak padanya. Lagi-lagi aku merasa sangat-sangat tak nyaman. Aku pun terbangun lagi saat jam mejaku menunjukkan pukul 06.56, hampir jam tujuh pagi.
Seharusnya aku merasa senang, seharusnya, karena akhirnya aku bisa bertemu dengan orang itu walaupun hanya dalam mimpi. But, It’s all make me feel disgusting with myself. Hal macam apa lagi yang aku harapkan darinya??? Entahlah, aku benar-benar tak mengerti. Rasa tak nyaman dalam tidurku malam ini sepertinya akan sangat berpengaruh pada hariku. Aku benar-benar merasa tak nyaman hari ini. Ooohhh, DAMN SHIT..!!! Rasanya aku hanya ingin mengumpat pada diriku sendiri yang menjadi selemah ini.
Ah, cangkir kopiku sudah kosong. Sepertinya ini tanda agar aku melanjutkan tugasku. Sedikit lebih menyegarkan sepertinya. Matahari juga sudah tinggi sekarang. Waktuku semakin sedikit dan aku masih tetap harus melangkah, kan???


Terima kasih pada secangkir kopi yang menyegarkanku di pagi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar