Laman

Kamis, 14 Maret 2013

Curcol : Kedewasaan



Menjadi dewasa itu proses dan akupun masih dalam proses itu. Aku masih sering kekanak-kanakan dengan sikap yang sebenarnya nggak perlu dilakuin di depan banyak orang. Tapi, itulah aku sekarang. Aku yang ceplas-ceplos, suka ketawa keras-keras, masih suka nelat sana-sini, panik dengan masalah kecil, dan pada akhirnya nangis sendirian untuk menghibur diri. Kemudian, aku berpikir, kapan aku menjadi dewasa???
Menjadi dewasa itu nggak cuma masalah sikap dan cara bicara aja. Tapi buat aku yang paling penting untuk menjadi dewasa adalah bagaimana cara kita berpikir, bagaimana cara pandang kita pada suatu permasalahan, bagaimana cara kita menyelesaikannya, dan pada akhirnya bagaimana kita harus mengimprove diri kita sendiri. Sulit dan butuh waktu panjang. Terlebih lagi kita harusnya mulai melihat segala masalah bukan lagi cuma dari sisi kesalahan yang dilakukan orang lain, tapi kesalahan macam apa yang sudah kita lakukan.
Jangan cuma nyalah-nyalahin orang lain, tapi juga berpikir apakah kita sudah melakukan sesuatu itu dengan cukup baik, apakah kita sudah memberikan cukup, atau apakah kita sudah memberikan yang lebih baik dari orang lain.
Kalau orang lain tidak beranggapan sama dengan kita, jangan cuma ngotot kalau orang lain yang salah dan diri kita selalu benar. Mau menang sendiri dan pada akhirnya bicara yang nggak penting dan nyakitin hati orang lain.
Dua hal di atas, aku sendiri masih sering melakukan. Diluar kontrolku, aku tahu masih banyak yang sakit hati dengan sikap-sikapku. But, I’m trying become better and better. Karena aku juga ngerasain gimana capek dan keselnya berurusan dengan orang yang cara berpikirnya masih kekanak-kanakan banget. Berasa ketemu diriku enam tahun lalu. Eh, malah ngomongin orang, tapi mungkin kalau nggak karena kasihan sama orang itu dan bingung harus ngapain lagi, aku nggak bakal nulis curcol ini.
Ayolah, kita bareng-bareng berusaha untuk bersikap dan berpikir lebih dewasa dan nggak childish lagi kayak gini. Tumbuh bersama-sama menjadi seseorang yang lebih kokoh dan tidak mudah tumbang hanya karena masalah kecil.

Curcol : Emosi dan Egoistik


Harusnya malam ini aku selesaiin laporan praktikum yang deadlinenya besok siang, tapi bukannya buka bahan-bahannya aku malah kepikiran buat nulis sesuatu. Entah ini hal besar yang terjadi dalam hidupku atau bukan, tapi yang pasti,  sekarang ini buatku adalah masa-masa sulit untuk dilewati. Mau nangis, rasanya kekanak-kanakan banget. Mau lari, nggak akan menyelesaikan masalah. Sedih itu pasti, down. Yang aku bisa lakuin ya cuma mencoba menjalani semuanya, walaupun sakitnya kayak apa juga. Tetap harus dilewati. Mungkin belum semua masalah terselesaikan dengan baik, tapi aku udah mulai bisa tersenyum dengan keadaan sekarang ini.
Bingung ya aku ngomongin apa sebenarnya??? Hehehee... Tapi aku rasa aku mulai dapet banyak pelajaran dari kejadian akhir-akhir ini. Pelajaran paling besar adalah bagaimana kita harus menghargai orang-orang disekitar kita. Mencoba menerima mereka apa adanya, mendengarkan mereka, mendampingi mereka, dan kemudian yang tanpa sadar kita dapatkan adalah menjadi seseorang yang lebih dewasa untuk bersikap.
Mungkin nggak banyak orang tahu, bagaimana aku sebenarnya. Temperament, walaupun aku rasa sekarang aku pun masih seperti itu, tapi dulu, sekitar 6-7 tahun lalu sangat-sangat parah. Aku pernah hampir memukul teman laki-lakiku di sekolah, kalau saja salah satu sahabatku yang mungil dan manis itu tidak berusaha memisahkan kami. Berteriak seperti orang gila saat itu, membanting tas yang aku bawa sampai beberapa barang yang ada didalamnya rusak. Rugi bagiku. Namun sekarang, aku mulai merasakan aku sedikit berubah. Sedikit??? Ya, aku masih sering marah-marah, berteriak-teriak dengan kata-kata umpatan yang harusnya tidak boleh disebutkan. Tapi bedanya tidak lagi aku lampiaskan langsung ke orangnya, ending-nya aku nangis sendiri untuk nahan emosiku. Kalau aku masih kayak dulu, nggak tau deh udah ada berapa banyak orang yang aku ajak berantem di sini. Hehehee...
Terus gimana aku mecahin masalahnya??? Jawaban ringannya adalah mencoba bicara dengan orang-orang terdekat, mencari cara terbaik untuk menyelesaikannya. Kalau aku marah atau nggak suka dengan orang lain, mungkin awalnya aku akan menghindar. Bukan berarti aku menghindar selamanya, tapi aku cuma takut emosiku bakal pecah dan omongan kasar yang nggak perlu disebut akhirnya keluar. Nyakitin hati orang, itu yang aku paling hindari saat ini. Mulutku terlalu ceplas-ceplos dan udah banyak korbannya. Aku akan coba berpikir, merenung sendiri, dan menenangkan emosiku. Kalau aku udah siap, aku juga bakal mulai ngomong sama orang itu. Atau kalau aku butuh bantuan orang lain untuk ngomong ke orang itu ya aku bakal minta ke orang yang aku anggap lebih dewasa dan mengerti permasalahan kami dengan baik. Bukan sembarangan orang yang nggak tau apa-apa.

Nggak selamanya orang lain yang salah. Kadangkala kita juga harus berkaca dan melihat ke dalam diri kita, apa yang salah dengan diri kita. Kemudian, mencoba memperbaiki segala. Mungkin terkesan lama dan bertele-tele. Tapi, hasil yang kita dapatkan tidak hanya untuk saat ini. Jangkauannya panjang. Setiap masalah yang kita hadapi, aku yakin, akan mengubah kita, walaupun itu kecil. Kalau tidak ada perubahan dalam diri kita, itu berarti kita tidak pernah belajar. Buatku, kebodohan itu bukan cuma masalah otak, tapi kalau hati kita juga bodoh itu lebih parah karena aku yakin kebodohan dalam hati kita itu akan menyakiti tidak hanya orang-orang di sekitar kita tapi juga diri kita sendiri.

Sedih rasanya masih banyak orang-orang dan terlebih untuk teman-temanku sendiri yang belum satu jalan pikiran denganku tentang pentingnya mendengarkan orang lain, mencoba belajar dari kesalahan, melepaskan segala egoistik yang membuat kita merasa lebih tinggi dan tidak mau mengalah. Mencoba meredakan emosi dan menghindari masalah yang lebih besar dengan hal ini. Mungkin kata-kataku ini akan dianggap just bullshit untuk mereka, tapi ini yang aku rasain. Ketika kita banyak bicara dan mengedepankan emosi dan egoistik, kita nggak akan mau mendengarkan apa yang dikatakan sekitar kita. Menganggap diri kita yang paling tinggi, padahal diri kitalah yang saat itu adalah orang yang paling bodoh. Dan, kita akan menjadi orang-orang yang paling ketinggalan dan rugi besar.
Yahh, harapanku berikutnya ya semoga mereka mau mulai belajar bareng sama aku sekarang ini. Menyelesaikan segala masalah nggak pake emosi, nggak pake rasa egoistik yang terlalu tinggi, dan mulai menggunakan senyuman untuk berpikir lebih dalam lagi. Yyuukk??? Hehehee...