Laman

Kamis, 27 September 2012

Pemimpin Perempuan


Mempertanyakan apa yang ada dalam pikiran kita terdengar bagus. Lalu, bolehkah aku mempertanyakan tentang kepemimpinan kaumku? Kaum perempuan. Banyak hal yang ada dalam pikiranku tentang hal ini. Mungkin juga karena ambisiku sebagai perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Ya, bisa disebut sebagai ambisi. Karena aku rasa keinginan ini kadangkala menjadi terlihat berlebihan, baik dari pandangan orang lain maupun pandanganku sendiri. Kenapa? Aku rasa menjadi pemimpin itu menyenangkan, tapi ternyata tidak mudah. Banyak tingkatan kepribadian yang harus dimiliki. Dari beberapa pengalaman yang aku dapatkan, menjadi koordinator itu lebih mudah daripada jadi seorang pemimpin yang bijaksana. Berbeda, sangat berbeda.
Awal pemikiran tentang pemimpin perempuan ini muncul, saat aku tahu bahwa dalam Islam, agama yang menjadi pandangan hidupku, ada semacam perkataan pemimpin itu harus seorang laki-laki. Shock? Awalnya iya. Merasa dibedakan itu pasti. Satu hal yang menjadi pikiran paling berat adalah aku tidak bisa meneruskan apa yang aku inginkan. Ambisiku. Namun, setelah aku cari tahu lebih dalam, Islam tidak sedangkal itu. Lebih mudahnya ada kata-kata bagus yang aku suka, Islam itu telah menempatkan perempuan ditempat yang sepantasnya. Bukan di bawah laki-laki, tapi selalu dibawah tanggung jawab seorang laki-laki. Merasa terlindungi? Itu pasti, dan setelah mengerti tentang hal ini, aku tidak lagi merasa dibatasi.
Kembali pada topik utama, pemimpin perempuan. Dari beberapa bacaan yang aku dapatkan dari internet, aku dapat beranggapan secara pribadi, perempuan dapat menjadi pemimpin dengan ketentuan dan batasan yang tidak dapat dilangkahi. Mencoba mengerti posisi diri, aku rasa merupakan salah satu kunci utamanya. Sebagai seorang perempuan, kita harus memahami dimana kita menjadi pemimpin dan dimana kita menjadi seorang pengikut. Maaf saja, sering aku merasa perempuan yang sudah mempunyai posisi baik dikalangan masyarakat akan lupa dengan posisinya sebagainya perempuan dihadapan Tuhannya. Terlalu sombong untuk mengakui posisinya sebagai tanggung jawab seorang laki-laki. Sebuah kesalahan yang sering sekali terjadi. Semoga kita dapat dihindarkan dari hal ini.
Alasan kenapa aku mendukung perempuan sebagai pemimpin di masyarakat, bukan dalam urusan agama, seperti menjadi manajer, direktur, menteri, bahkan presiden adalah masalah kemampuan. Jika kamu mampu untuk melakukannya, maka lakukanlah. Toh bebas mengekspresikan diri bukan berarti tidak mengikuti aturan yang ada kan? Coba saja cari tahu tentang seorang pemimpin perempuan pada zaman Rasulallah, Asma binti Yazid, seorang perempuan terhormat yang mengabdikan dirinya untuk Islam. Bagaimana ia memimpin kaum perempuan untuk berjuang saat itu. Yang sanggup aku ketahui bahwa perempuan punya peranan tersendiri dalam kehidupan. Ya, itu sudah tentu, untuk apa perempuan diciptakan. Dalam hal ini, aku melihat bahwa ada beberapa aspek dan bidang tertentu yang dapat atau sebaiknya dilakukan oleh perempuan. Kenapa? Tentu saja karena kemampuan perempuan itu sendiri. Perempuan diciptakan dengan kepekaan perasaan yang lebih baik, lebih detail melihat suatu hal, dan biasanya lebih multitasking. Kemampuan macam inilah yang akan menjadi modal untuk seorang pemimpin perempuan yang akan didukung dengan pengetahuan dibidang yang akan ia pimpin. Menurut aku sendiri, ketika kita bersaing dengan kaum laki-laki di tempat kerja dan sebagai perempuan kita dinilai lebih baik dalam memimpin, kenapa tidak kita ambil posisi yang diserahkan pada kita sebagai pemimpin itu. Toh, saat itu kita dinilai lebih mampu, lebih baik, dan yang terpenting kepercayaan diri serta keyakinan kita dalam mengambil posisi itu. Cobalah menjadi orang yang bijaksana dalam menempatkan posisi diri, sekali lagi hal ini menjadi pokok pemikirannya.
 Lalu, apa tanggapan orang lain tentang hal ini? Ada beberapa orang yang aku tanya tentang ini. Secara agama tentu mereka menolak perempuan sebagai pemimpin agama. Namun, untuk memimpin hal lainnya, beberapa orang menyatakan tidak masalah, walaupun ada pula yang masih menolak. Dengan alasan secara kemampuan, laki-laki memang dinilai lebih baik dalam memimpin, lebih stabil, dan lebih menggunakan logika. Aku juga mengakui itu. Ada satu jawaban yang lebih menarik, perempuan atau siapa pun itu bisa menjadi pemimpin sesuai dengan kebutuhan dan keadaan saat itu. Ketika amanat itu datang padamu dan jika kamu tidak mau mengambilnya kemudian akan terjadi hal yang buruk, maka lebih baik kamu memenuhi amanat itu dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Karena aku merasa ada saat-saat dimana kita harus melakukan sesuatu itu, sebelum terjadi hal yang lebih buruk dan itu menjadi kewajiban kita untuk mencegahnya. Seperti ada tingkatannya, dari mulai makruh, sunah, sampai wajib. Hehehee.
Penekanan terakhir untuk opiniku tentang masalah ini. Aku mendukung seorang perempuan menjadi pemimpin. Tentunya dengan beberapa syarat. Perempuan itu harus tahu dan mengerti tentang posisinya sebagai makhluk terlindungi yang menjadi tanggung jawab seorang laki-laki. Perempuan itu harus memiliki kemampuan seorang pemimpin yang baik dan memiliki keyakinan dalam menjadi seorang pemimpin yang bijak. Dan menjadi seorang pemimpin akan menjadi sangat wajib ketika kita dihadapkan pada keburukan yang akan terjadi jika kita melepaskan kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin perempuan yang baik, ayo kita perbaiki dulu diri kita sehingga kita mengerti untuk apa kita diciptakan.
Semoga opiniku ini dapat menjadi pertimbangan tersendiri. Bisa juga coba cari tahu tentang posisi wanita dalam Islam dan bagaimana beberapa penulis barat mulai mengakui betapa baiknya penempatan ini. Perbaikan-perbaikan kaum perempuan yang menjadi pembicaraan aku rasa menjadi alasan yang pantas untuk mengetahui hal ini.Dan, TERIMA KASIH sudah membaca opini ini. Ciao....    : )

2 komentar:

  1. Ehem, yang opininya sekarang jadi begini. Hasil diskusi sama siapa aja nih? :p

    BalasHapus
  2. hasil diskusi sama beberapa orang yang sebagian besar tanggapannya sama...
    ya termasuk kamu itulah...
    heee..

    BalasHapus